Friday, May 18, 2012

Train Your Life - The Second Lesson

Ini merupakan bagian ketiga dari postingan gw tentang kejadian yang terjadi minggu lalu, dimana bagian kedua nya gw membahas tentang pelajaran pertama yang gw dapat.. Bagi yang belum baca, silahkan baca dulu post sebelumnya, tinggal klik aja link nya supaya enggak terlalu lost dengan apa yang gw ceritain di bagian ini :)

Pembelajaran kedua - pembauran diri
Pelajaran kedua yang gw dapatkan, berkaitan dengan cerita si security dan supir angkot yang meminta bagiannya..

Agak miris sebenarnya pas dia ngomong secara langsung ke gw waktu itu, ternyata bantuan itu tidak dilakukan dengan ketulusan, tapi karena imbalan yang diharapkan *baca: duit..* Tapi yah memang bukan hal mengejutkan lagi sih mengenai hal ini..

Di jaman sekarang ini, terutama di Indonesia, sangat jarang kita bisa menyelesaikan suatu hal secara lurus, maksudnya tanpa perlu mengeluarkan "pelicin" *begitulah istilah yang gw tau* untuk mempercepat prosedurnya.. Tanpa pelicin, biasanya dibikin repot, bahkan sengaja dibuat lama prosesnya.. Dan sepertinya hal ini sudah lumrah diketahui orang banyak..

Salah satu contoh yang pernah gw alami, pas gw kena tilang di Jakarta. Berhubung gw agak grogi kalo disuruh ngasih pelicin *gw sangat tidak setuju dengan kebiasaan ini, makanya gw grogi*, gw minta surat tilang dan bermaksud segera ngurus surat tilang sekelar dari situ.. Pas gw ceritain ke orang tentang gw ditilang, respon yang umum yang gw terima adalah: "Napa gak lo kasi duit aja tuh? Kalo gak kan repot tuh ngurusnya..", dan memang bener, repotnya setengah mampus! Bolak balik ke Kantor Satlantas, dimana dari pagi antrian sudah membludak, boro2 namanya ngantri, antrian yang mana juga gw enggak tau, gara2 semuanya tuh mengerumuni pos pembayaran.. Dan itu dalam beberapa kali gw datang, dari Senin sampai Jumat, gak ada yang sepi.. Sampe akhirnya bayar "jasa" yang bisa bantu ngurus pengambilan SIM, dan gw mesti bayar 200ribu karena itu..

Respon yang gw terima itu seolah2 seperti hal tersebut udah lumrah, tinggal ngasi pelicin ke polisi, dan kita bisa ngacir lagi tanpa repot.. Memang bener, tapi menurut gw, kadang ada beberapa polisi yang curi2 kesempatan, asal hadang mobil / motor, padahal semuanya komplit, ujung2nya minta "uang kopi" *this is the fact..* Gw gak bilang semua polisi seperti itu, hanya ada beberapa saja, yah gak tau deh perbandingan banyak dikitnya seberapa..

Pemikiran gw mungkin terlalu lurus untuk hal hukum, tapi memang Negara Hukum kita sangat unik, ada namanya pelicin yang bisa membereskan hukum yang ada.. Contoh yang sering kita liat ya seperti yang kita tau di TV sekarang ini, kasus korupsi, banggar, DPR, dan sebagainya.. Udah mendarah daging dan jadi semacam tradisi tak tertulis.. Miris? Tentu saja, tapi inilah faktanya..

What did I learn?
Dunia ini sudah terlalu banyak kasus hitam yang semakin hari dianggap sebagai abu2.. Kadang pemikiran kita yang terlalu putih dan lurus harus dipaksakan untuk sedikit berbelok agar kita dapat berjalan maju..

Bagi gw, kalo memang hal itu menurut gw tidak masuk dalam logika gw, mau gimana pun gw akan berusaha untuk tidak melakukannya.. Some may say this is bullshit, but I make it happened..

Untuk beberapa hal, terutama dalam pekerjaan gw, seharusnya tidak perlu memberikan pelicin supaya semua bisa berjalan lancar, dan ada beberapa hal yang tidak bisa gw pungkiri juga, karena hal ini sudah seperti tradisi yang mendarah daging, mau gak mau juga terpaksa harus ikut arus.. Kalau kita terus bertahan untuk melawan arus yang deras, kita akan terseret arus itu kalau kemampuan bertahan kita sudah habis..

Belajar mengikuti arus merupakan sesuatu hal yang perlu kita terapkan.. Hal ini juga gw dapatkan dari cerita cici gw, dimana dia mengambil perbandingan orang yang sukses itu pada dasarnya mampu mengikuti arus, dan memakai 'topeng' dalam perjalanan bisnisnya.. Bukan berarti kita terus menutup diri untuk hal yang hitam, tapi kita juga perlu tau mengenai bagaimana hal hitam tersebut dijalankan..

Kita ini seperti apa yang diceritakan di Matius 10:16
Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Mat 10:16 | TB)
I am sending you out like sheep among wolves. Therefore be as shrewd as snakes and as innocent as doves. (Mat 10:16 | NIV)
Bahkan Tuhan udah bilang, kita ini ada di tengah2 serigala.. Untuk bisa berbaur dengan serigala, kita enggak mungkin donk berwujud domba, yang ada malah kita dimangsa sama mereka.. Kita harus menggunakan wujud serigala, dengan hati seperti domba.. Kalo kata temen gw, badannya tegap seperti security, tapi hatinya lembut kayaq hello kitty..

Kita juga harus pinter menghadapi orang, jangan mau dibego2in terus.. Memang, melakukan sesuatu dengan tulus itu akan dibilang bego sama orang lain, tapi jangan sampai ketulusan kita dimanfaatkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang buruk.. Kita juga harus cerdik supaya enggak gampang ditipu..

So, this is the second lesson that I learn out.. We live in this world, we have to adapt with the surroundings..

0 comments:

Post a Comment

What's your thoughts? Share with me :)