Belakangan ini, rasanya di jalanan makin banyak orang yang "menyamar" dengan profesi sebagai pengemis. Hampir di setiap sudut jalanan di ibukota ini ditempati oleh paling tidak 2 - 3 pengemis, terutama di perempatan lampu lalu lintas.
Entah kenapa, sejak beberapa bulan terakhir ini, setiap kali melihat para pengemis di jalanan, muncul rasa enggan untuk memberi, dan mulai pilih2 yang mana yang menurut gw pantas untuk diberi. Let me tell you why..
Sebelumnya, mungkin perlu dibaca dulu artikel berikut ini, yang menceritakan kisah dimana 'pengemis' ini menjadi super kaya, bisa beli mobil sendiri, bahkan buka kursus untuk bagaimana cara ngemis yang lebih meyakinkan.
Artikel nya memang sudah agak lama, tapi setiap kali ketemu pengemis, gw jadi inget dengan cerita ini. Agak miris ketika baca, tapi memang masuk akal. Toh bayangkan kalo hanya duduk di jalanan, modal baju lusuh dan muka memelas, bisa menghasilkan lebih dari 200ribu per hari, itu uda setara dengan gaji karyawan di perusahaan, bahkan bisa lebih dari segitu kalo memang lagi high-traffic di jalan :P
Ditambah lagi, ada seorang teman yang membenarkan keadaan seperti itu, dimana memang ada satu juragan besar yang menampung para pengemis ini, dan setiap harinya harus ada setoran kepada si juragan ini. Yah, dunia ini memang sudah semakin ada-ada aja.
How to be a good generous giver?
Kadang hal kenyataan yang seperti ini, malah bikin gregetan. Dari satu sisi, kasihan dengan para 'pengemis' yang diutus, di sisi lain jijik ngeliat kelakuan si juragan yang mengutus mereka. Tapi, memberi itu bukan hanya dari sisi finansial doank koq.
As the title says, we should have the art of giving through our generosity. Memberi itu bisa banyak hal koq, dan percayalah, bahkan dengan kita membantu teman sesama kita dalam pekerjaan mereka pun bisa dikatakan kita sudah memberi :)
What we can do? Sederhana aja, dibandingkan kita memberi dalam bentuk uang, akan lebih menarik kalo kita memberi dalam bentuk makanan atau minuman kotak kepada mereka. Kadang malah kalo memberi dalam bentuk uang, suka miris juga kalo ngeliat ada pengemis yang merokok. Duit aja minta, malah dipake buat ngerokok, kan namanya absurd toh?
Be creative in every way, for we are born as a creative human being.
Tapi, art of giving tidak hanya sebatas kepada para pengemis itu saja...
The precious giving
Hal paling berharga yang bisa kita berikan adalah waktu kita. Ketika kita menyediakan sedikit waktu untuk mendengarkan atau membantu orang di sekitar kita, itu adalah momen paling tidak akan kita lupakan.
Senyuman tulus dan ucapan terimakasih yang kita dapatkan itu seperti mood booster yang menambah semangat kita untuk memberikan lebih dari apa yang kita miliki.
Spend your time with your beloved people: parents, brothers and sisters, friends, for they are the ones that would hold your back when you're down, and they know when you need them, they will definitely be there for you.
Try to sit and listen to others' story, cheer them up in a way and you will be grateful to see that others' problems might be worse than what you currently face on.
*last part of this post is a small reminder to myself in the future, when i look back and re-read my post, and maybe i forget to do so as how I lose it out in past recent months.*
Akhirnya ngepost sesuatu :D
ReplyDeleteNice article here :) setuju banget, aku sudah ga pernah kasih dalam bentuk uang :) sering aku kasih dalam bentuk makanan atau lewat badan sosial supaya bantuannya bener-bener tepat sasaran :D
Hehe, writer's block nya lagi maksimal nih :P
DeleteThanks for reading and commenting :)
Senyuman tulus dan ucapan terima kasih sebagai booster utk memberi lebih? Kalo 3x loe cuman dikasih itu [senyum dan terima kasih] dijamin keempat kalinya loe bakal cari alasan menghindar wuakakaka...
ReplyDelete