Monday, March 18, 2019

Growing Old vs Becoming Mature

Sehabis baca buku "A Subtle Art of Not Giving A F***" by Mark Ronson, denger podcast Thirty Days of Lunch nya @fellexandro & @sheggario, entah kenapa terdorong hasrat untuk kembali membaca dan nulis blog yang sudah berdebu ini.

Dan, setelah membaca ulang beberapa post lama di masa aktif nulis gw, ada beberapa hal yang gw sadari, dan mungkin itu menjadi alasan kenapa blog gw makin jarang ada update nya.
Setelah baca post pertama 2013, gw menyadari kalau itu adalah turning point gw dari habit nulis di blog. Ada beberapa perbedaan dari gaya nulis dan gaya cerita blog gw, sebelum dan sesudah itu.

Sebelum itu, gw ekspresif banget dalam nulis apa yang gw alami, kejadian di sekitar gw, dan apa yang gw pelajari dari kejadian2 itu. Kayaq, ya bodo amat, suka2 gw lah mau tulis apa, pokoknya gw ceritain apa yang terjadi, as a storyteller. Nothing harms anything dalam apa yang gw tulis, dan semua terbuka untuk dibaca.
Kalo kata orang, itu kepolosan gw yang ceritain apa adanya, tanpa ada hal yang perlu ditutup-tutupin dari kehidupan gw (pada masa itu) hahaha..

Oh well, indeed it is. Pada saat itupun, gw bener2 mencurahkan apa yang ada di dalam pemikiran gw langsung ke dalam blog tanpa gw saring lebih lanjut. Que Sera Sera.. *silahkan dibaca kalau memang ada waktu dan niat :)* Mau itu cerita senang, sedih, galau, gundah gulana; gw tumpah ruahkan dalam blog, dalam bentuk cerita apa adanya, termasuk juga apa yang gw pelajari dari semua kejadian pada masa itu.. Yah, emang rencananya itu jadi semacam pengingat ketika gw akan baca ulang, seperti sekarang ini..

Apa yang terjadi sesudahnya?
Ada satu kejadian yang menyadarkan gw, bahwa tidak selamanya segala sesuatu itu harus diceritain ke orang lain. Yes, you can be transparent, but there should have some solid ground of what to tell and not to tell.. And what I learn from it, reflects to this blog.

Post sesudah itu, terasa lebih deep, lebih hati-hati, yang dibahas terlalu serius, dan kurang hal-hal goblog yang mencerminkan kisah pelajaran dari hal bodoh yang gw lakukan pada masa itu.. Bisa dibilang, gw melalui beberapa tahap proses perbaikan diri yang lebih ekstrim, yang lebih terkontrol. It is a part of me, expanding my capacity.

Banyak hal yang terjadi setelah 2013, keceriaan, pergumulan, pindah tempat kerja, pindah tempat tinggal hingga sekarang membina rumah tangga..
Semua hal itu terlewati dengan mengasah kepribadian gw; proses pengambilan keputusan dan tindakan, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara berbicara; ya, semua jadi lebih hati-hati. Mungkin dikarenakan gw menghindari konflik berlebihan, tapi justru konflik itu yang membentuk gw hari ini, and I am simply grateful for all those processes.

Setiap orang pasti akan menjadi tua pada waktunya, tapi sifat kedewasaan itu belum tentu akan mengikuti. Dan gw sangat bersyukur, semua proses yang terlihat berat saat itu, menjadikan gw yang lebih baik dan bijak sekarang ini.

So, thank you 2013 - 2018, for shaping me at my best shape for now..



2 comments:

What's your thoughts? Share with me :)